NPM/Kelas : 10110675 / 3KA26
Diksi, dalam arti
aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis
atau pembicara.Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan
enunsiasi kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata
formal atau informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi
secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan
karakterisasi,
contohnya : penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan
karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap
pemilihan kata dan sintaks
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang
untuk menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih
kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Agar usaha mendayagunakan teknik penceritaan yang
menarik lewat pilihan kata maka diksi yang baik harus
(1) tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan
atau hal yang diamanatkan
(2) untuk memilih tepat seorang pengarang harus
mempunyai kemampuan untuk membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
pembacanya.
(3) pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya mungkin
kalau ia menguasai sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki
masyarakat bahasanya, serta mampu pula menggerakkan dan mendayagunakan
kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal
antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah
& kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan
kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam
Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat
mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi
harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa,
tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata
tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan
ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif)
serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh
karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur
bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah
penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi
dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karen
ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang
untuk menggambarkan “cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih
kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan / menceritakan
suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus
memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna.
1.Makna sebuah kata / sebuah kalimat mrpkan makna
yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60)
terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
v Makna
Leksikal dan makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg
sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya
adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam
kucing).
Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna
atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa
Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna
“sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “‘ banyak buku.”
v Makna
Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu
Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen,
sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh:
Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial)
v Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna
denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan
pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas
bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan,
tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
v Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh
sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda
memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah
leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang
berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci /
kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
v Makna Kata
dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah,
tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum.
Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil
perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di
bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti.
Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan
dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas
masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti
orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
v Makna
Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan
bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat
diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal
satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan
kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu
bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai,
bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.
v Makna Kias
dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam, bermakna bulan
Raja siang, bermakna matahari.
2.Relasi adalah hubungan makna yang menyangkut hal
kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi
dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi),
kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya.
Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok
yaitu :
v Kesamaan
Makna (Sinonim)
Sinonim adalah sebagai ungkapan (bisa berupa kata,
frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan
lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat, bunga dan kembang
v Kebalikan
Makna (Antonim)
Antonim adalah ungkapan (berupa kata, frase, atau
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh:
Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata
kecil.
v Kegandaan
Makna (Polisemi dan Ambiguitas)
Polisemi adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata
atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ;
bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan,
bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala
susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat
seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
Ambiguitas atau ketaksaan adalah sebagai kata yang
bermakna ganda / mendua arti. Konsep ini tdk salah, tetapi kurang tepat sebab
tdk dpt dibedakan dengan polisemi. Contoh:
- Buku sejarah itu baru terbit
- Buku itu berisi sejarah zaman baru.
v
Ketercakupan Makna (Hiponimi)
Hiponimi adalah sebagai ungkapan (berupa kata, frase
atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu
ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna
tongkol termasuk makna ikan.
v Kelebihan
Makna (Redundansi)
Redundansi dapat diartikan sebagai ‘berlebih-lebihan
dalam pemakaian unsur segmental pada suatu bentuk ujaran’. Contoh : Bola di
tendang si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh
si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai suatu yang
redundansi, yang berlebih- lebihan, dan sebenarnya tidak perlu bahasanya, serta
mampu menggerakkan & mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jarring-jaring
kalimat yang jelas & efektif.
Contoh pengunaan diksi dlm Fakta yg ada di sekitar
lingkungan kita adlh :
“Aku suka kamu !
Aku Cinta banget sama kamu !
Mau nggak kamu jadi pacar aku ?Soal aku jatuh hati
banget sama kamu !”
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari
kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam
Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin
sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa
indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika
membuat suatu karya tulis ilmiah.
kata baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan
kata tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.
Contoh kata baku dan kata tidak baku, di mana yang
sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do’a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar